MENERAPKAN POLA GILIR DALAM BERKOMUNIKASI


MENERAPKAN POLA GILIR DALAM BERKOMUNIKASI

Wacana

Gebyar Busana Daerah Sesuai Pakem

Padu padan lintas kepulauan. Tema besar inilah yang diusung Himpunan Ratna Busana (HRB) ketika mengadakan pergelaran busana di Jakarta. Tema tersebut menyimpan makna tersendiri. Para perancang seperti Carmanita, Chossy Latu, Denny Wirawan, Ghea Panggabean, Oscar Lawalata, Reshna Sapto, Samuel Wattimewa, Susi Lucon diminta menghadirkan kreasi pada sejumlah busana tradisional seperti busana Aceh, baju kurung, baju bodo, kebaya panjang, dan kebaya tradisional Jawa.

Namun, ada pakem yang tak boleh dilanggar. Pakem-pakem itu di antaranya adalah para perancang harus mempertahankan siluet yang sama dengan aslinya. Selain itu, perancang pun tidak boleh mengadopsi detail rancangan yang berasal dari luar Indonesia. “Seperti detail lengan, tidak boleh meniru model kimono dari Jepang,” ujar Ratna Maida Ning, penasehat HRB.

Perubahan sedikit boleh dilakukan oleh para perancang, tukas Ratna, tetapi tidak boleh menggantikan siluet baju itu sendiri. Misalnya, perubahan bentuk lengan yang tidak meninggalkan kaidah berbusana sesuai asalnya tetap diperbolehkan. Hasilnya? “Ini benar-benar hasil desain saya yang keluar dari desain populer yang sedang digemari saat ini,” papar Chossy Latu.

Namun, Chossy mengatakan bahwa busana yang ditampilkan dengan jalan memadu padankan kekayaan busana Indonesia ini bisa menjadi alternatif bagi siapa pun yang ingin tampil dengan busana daerah.

Untuk memenuhi paket tersebut, Chossy melakukan alternatif modifikasi busana pada warna. Pada salah satu rancangannya, Chossy padu padan baju bodo dengan selendang padang. Ketika menyelaraskan, Chossy tidak hanya mempertimbangkan warna. Siluet baju bodo yang aslinya sangat longgar, ia buat lebih ramping. Hal ini, ungkap dia, agar busana yang terpadu padan bisa selaras dan enak dilihat dan juga dikenakan oleh pemakainya.

Berbagai modifikasi bentuk lengan serta tambahan detail payet juga dilakukan oleh para perancang. Selain modifikasi baju bodo yang tampil ramping, ada pula yang membuat dengan model jahitan bawah yang lebih bervolume.

Berbagai kain asli Indonesia turut tampil seperti kain tenun Bali, tenun Sulawesi Selatan, kain tenun Lampung, batik Palembang, dan tenun ikat Ende Flores hadir dalam padu padan ini. Tak ketinggalan kain batik rancangan dari Keraton Solo tampil dalam pergelaran ini di antaranya motif parang karya KPH Sawonggaling, koleksi batik antik HRB. Padu padan tersebut juga diperindah balutan selendang dari beberapa pulau yang ada di Indonesia, seperti selendang berbahan kain songket tiga negeri dari Palembang, selendang jepri yang biasa digunakan masyarakat Jambi, Palembang, dan Padang, serta selendang lokcan yang juga berasal dari Pulau Sumatra.

Uniknya, konsep padu padan ini juga berlaku pada paduan busana dua potong plus selendang yang berasal dari tiga pulau yang berbeda. Meski belum pernah dipopulerkan sebelumnya dan masih terasa asing, HRB berharap pergelaran ini bisa memperkenalkan budaya dan melestarikan tanpa harus jauh meninggalkan pakem.

(Sumber : Republika, 10 Juni 2007)

MENERAPKAN POLA GILIR DALAM BERKOMUNIKASI Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Bambi